Hitam dan Tercemar

  ' Like living in the dream.' Kabut menyelimuti langit pukul 05.30 pagi. Benda tak padat, yang tak bisa digenggam itu menelisik anggun di antara pepohonan, membuat beberapa dahan ketutupan. Seperti di dalam lukisan, kabut itu turun dari langit, ke sela sela pohon, hingga berbaur dengan orang-orang di atas tanah. Kabut datang bersama hawa dingin yang mengungkung sekujur tubuh. Seolah es yang membekukan kulit bagian luar, mendekap kuat tapi tak menghangatkan. Meski dingin menerjang, udara pagi di pegunungan tetap menawan paru paru yang penuh kepulan asap kendaraan dan tembakau bakar. Katlya duduk di pembatas jalan, merapatkan jaket yang dikenakan. Hidungnya memerah dan berlendir, pipinya dingin tapi kenyal seperti kue mochi di dalam freezer. Ia menggosokkan telapak tangannya mencari kehangatan. Seperti naga kehilangan daya, nafasnya menyemburkan asap tanpa api. "Kenapa mbak motornya? Mogok?," seorang pria paruh baya dengan celana pendek dan celurit menghampiri Katlya.

naskah drama 2



Tresno Nggondol Cidro
Kala itu, ayam belum terbangun dengan kokokanya. Hanya ada suara senyap yang menyelimuti dari berbagai arah.
Teh Aisy          : “Abi bangun dulu Abi. Tahajud dulu”
Aa Ridwan      : “Iya umi”
Kemudian mereka solat tahajud bersama. Berapa rakaat sampai sekiranya cukup.
Aa Ridwan      : “Mi, besok pagi Abi  mau ada acara dakwah di luar kota. Umi sudah tau kan?”
Teh Aisy          : “Iya bi, nanti umi siapin segala barang kebutuhan Abi. Tenang aja bi”
Pagi sudah menjelang. Aa Ridwan segera bertolak untuk pergi ke luar kota di dampingi oleh asistenya Chika.
Aa Ridwan      : “Chik, bbolehkah saya sedikit bercerita?”
Chika               : “Tentu boleh A’ ada apa ya?”
Aa Ridwan      : “Begini Chik, saya beberapa waktu lalu saat dakwah di kota ini nanti saya bertemu dengan seorang gadis yang parasnya membuat saya tak bisa lupa. Astaghfirullah...Chik. dia begitu menggoda..”
Chika               : “MasyaAllah A’ (kaget kepalang) inget istri dirumah. Teh Aisy mau dibawa kemana?”
Aa Ridwan      : “Makanya dengerin dulu kalo gue ngomong kagak usah dipotong gitu keleussss”
Chika               : “Iyadeh a’ maafin akuu”
Aa Ridwan      : “Saya saat ini sungguh sedang gundah gulana menghadapinya. Mau bagaimana saya? Saya sudah terlanjur jatuh hati. Dan palingan saat saya dakwah nanti saya akan bertemu dengan dia”
Chika               : “Maaf lancang a’, siapa namanya?”
Aa Ridwan      : “Hello Kitty....Chik”
Sementara di tempat lain Teh Aisy juga sedang merasakan kegundahan, namun berbeda. Ia kemudian mendatangi sahabat karibnya dari semenjak ingusan sampai jaman dimana kecantikanya tak tertandingi sekarang.
Teh Aisy          : “Duhai sahabatku Arifah, saya sungguh sedang terkena penyakit hati. Galau yang tiada berujung bagai muda y ang sedang dilanda cinta”
Arifah              : “Ada masalah apa sahabatku?”
Teh Aisy          : “Akhir-akhir ini Fah, entah kenapa Aa’ Ridwan selalu melihat menerawang. Seperti ada suatu diluar sana yang sedang sangat ia rindukan. Aku takut...Aa’ ridwan selingkuh Fah”
Arifah              : “Bukan maksudku membelanya atau bagaimana sahabatku, namun mungkin saja dia sedang sedikit ada masalah atau apa suatu yang berhubungan dengan dakwahnya.”
Teh Aisy          : “Mungkin....semoga saja prasangkaku tidak benar sahabatku..”
Di luar kota, seusai Aa Ridwan dakwah di salah satu masjid yang cukup masyhur di kota tersebut. Seperti dugaan Aa Ridwan. Ia akan menjumpai kembali gadis yang selama ini menggondol perhatianya. Dari pertemuan tersebut tersusunlah segala rencana.
Aa Ridwan      : “Maukah kau saya siri?”
Hello Kitty      : “Iya Aa, saya mau”
Lama waktu berselang, Aa Ridwan dan Sumay pergi keluar untuk sekedar berjalan-jalan. Tak sengaja kala itu juga seorang paparazi berada di tempat yang sama dengan mereka.
Atiqah             : “Kayaknya gue tau deh itu siapa....eh eh tapi kan istrinya si itu bukan dia, terus itu siapa dong???? Waaaaah gossip hot inih. Foto cus upload instagram, blog, facebook, twitter ahhh...”
Di tempat lain teh Aisy sedang bersantai dirumah sendirian setelah menghabiskan waktu untuk membersihkan rumah.
Teh Aisy          : “Loh..loh...ini bukanya abi? Kok foto gandengan sama cewek lain? Siapa dia?” (Teh Aisy terkejut melihat postingan dari paparazi yang sudah tersebar luas tersebut di medsos)
Tak lama Aa ridwan pulang ke rumah..
Aa Ridwan      : “Assalamualaikum umi...”
Teh Aisy          : “Waalaikumsalam. Bi, sekarang abi jujur ini siapa?” (menunjukkan foto dari paparazi tersebut)
Aa Ridwan      : “A..a...anu itu umi...itu bukan siapa-siapa mi, mungkin itu ulah siapa gitu mi, haters gitu yang nggak suka sama abi”
Teh Aisy          : “Cukup bi...cukup....” (lari)
Teh Aisy pergi menuju rumah sahabatnya yang tak jauh dari kediamanya.
Teh Aisy          : “Sahabatku....benar ternyata segala prasangkaku. Kau bisa lihat foto ini.”
Arifah              : “Astaghfirullah...benar-benar dia. Sudah tak usah kau sedih lagi, aku akan membantumu untuk menyelesaikan segala masalah beratmu ini.”
Keesokan harinya Arifah pergi ke majlis ta’lim dimana Aa’ ridwan sedang berceramah.
Arifah              : “Assalamualaikum a’...mumpung acara belum dimulai bisa saya berbicara dengan aa’, nggak akan lama”
Aa’ Ridwan    : “silahkan..ada apa?”
Arifah              : “Aa’ nggak bisa seenaknya punya istri lagi dong tanpa sepengetahuan apalagi persetujuan dari Teh Aisy, bukankah itu sudah benar benar melanggar aturan dalam Islam? Aa’ ini ulama yang disegani. Kenapa bisa melakukan hal seburuk itu?”
Aa’ Ridwan    : “Benar....tapi aku tak mau jika aku harus melukai istriku”
Arifah              : “Istrimu? Huh. Yang mana? Kau sungguh keji Ridwan....”
Saat sedang panasnya situasi datanglah Sumay di tempat kejadian. Karena ribut-ribut yang sedari tadi tak berujung banyak ibu-ibu majlis ta’lim yang ikut menuju ke tempat.
Sumay             : “Ada apa ini mas ribut-ribut?”
Arifah            : “Oh,,oh jadi dia hello kitty yang selama ini dimaksud? Sungguh, kau Ridwan...dimana perasaanmu?”
Sumay             : “maaf sebelumnya, tapi sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?”
Arifah              : “Jangan berlagak sok nggak tau apa-apa. Saya sungguh tau, kamu telah menggodanya sehingga Ridwan tergoda untuk melanggar syariat dan menghianati Teh Aisy”
Karena sudah terlanjur tertangkap basah, Aa’ Ridwan tak lagi bisa berkutik. Dan dia meminta paparazi yang sudah ia ketahui siapa sebenarnya mengumumkan pada khalayak. Seperti dia menyebarkan foto mesranya dengan istri keduanya di media sosial.
Atiqah             : “Dasar ribet ya, yaudahdeh. Aku mau umumin ya ke kalian semua wahai manusia-manusia yang haus akan gossip di segala media sosial. Kalau Aa’ Ridwan sudah berpoligami..”
Atiqah             : “Bentar A’ sebaiknya Aa’ Hello Kitty sama gueee, selfie dulu sebagai bukti”
----
Aa’ Ridwan    : “Ibunda...saya sungguh sudah bingung, bagaimana dengan kedua istri saya dan khalayak yang memperbincangkan kami? Saya sudah tak tahan...”
Teh Aisy          : “Semua salahmu Bi, kau yang memulai~”
Ibunda             : “Mungkin yang terbaik adalah jika kau ceraikan saja kedua istrimu itu. Biar tak ada yang merasa tak adil lagi. Dan para jamaahmu itu...tak berbincang lagi. Kau sudah memilih jalan yang salah...maka rasakanlah kali ini...”
Teh Aisy dan Sumay   : “Apa?”
Aa’ Ridwan    : “Akan saya fikirkan baik-baik bunda, saya minta maaf.”
Setelah itu mereka pulang kerumah dengan menggunakan kendaraan yang berbeda-beda, tak ada yang berada dalam satu mobil. Namun, seperti biasa. Aa’ Ridwan masih saja ditemani asistenya.
Aa’ Ridwan    : “Cik, bagaimana menurutmu?”
Chika               : “Menurut saya, turuti saja apa yang dikatakan ibunda Aa’. Jika Aa’ masih saja ragu. Aa’ bisa solat istikharah. Bukankah begitu?”
Aa’ Ridwan    : “Tentu..kau benar, cik”
Sesampainya dirumah Aa’ Ridwan mengambil air wudlu dan solat istikharah.
Aa’ Ridwan    : “eh, hai Chik, aku sudah solat”
Chika               : “Bagaimana hasilnya A’?”
Aa’ Ridwan    : “Memamng aku harus menuruti apa yang dikatakan ibundaku kepadaku. besok bantuk aku mengurus surat perceraian mereka.”
Karena kebersamaan antara Aa’ Ridwan dan asistenya yang semakin lama malah semakin lengket. Pada masa terburuknya juga hanya asisten yang mau mendengarnya dan memberinya solusi. Maka Aa’ Ridwan jatuh hati.
Aa’ Ridwan    : “Tak lama lagi, setelah sidang terkahir perceraianku Chik, aku akan meminangmu..”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGEN DISAYANG TAPI OGAH PACARAN

Corona dan Manusia

Sebuah Skenario Kematian