Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Hitam dan Tercemar

  ' Like living in the dream.' Kabut menyelimuti langit pukul 05.30 pagi. Benda tak padat, yang tak bisa digenggam itu menelisik anggun di antara pepohonan, membuat beberapa dahan ketutupan. Seperti di dalam lukisan, kabut itu turun dari langit, ke sela sela pohon, hingga berbaur dengan orang-orang di atas tanah. Kabut datang bersama hawa dingin yang mengungkung sekujur tubuh. Seolah es yang membekukan kulit bagian luar, mendekap kuat tapi tak menghangatkan. Meski dingin menerjang, udara pagi di pegunungan tetap menawan paru paru yang penuh kepulan asap kendaraan dan tembakau bakar. Katlya duduk di pembatas jalan, merapatkan jaket yang dikenakan. Hidungnya memerah dan berlendir, pipinya dingin tapi kenyal seperti kue mochi di dalam freezer. Ia menggosokkan telapak tangannya mencari kehangatan. Seperti naga kehilangan daya, nafasnya menyemburkan asap tanpa api. "Kenapa mbak motornya? Mogok?," seorang pria paruh baya dengan celana pendek dan celurit menghampiri Katlya.

Anakku Sholeh

Ibu tampak sangat lelah menghadapi Sholeh yang kembali merajuk minta dibelikan mobil mainan. Dia bahkan menyusul ke warung makan milik Ibunya sambil menangis. Menarik-narik gamis oblong milik Ibunya yang sedang repot melayani pembeli. Beruntung ada Nina keponakan Ibu yang selalu membantu berjualan di warung. Tangis Sholeh semakin menjadi kala Ibunya tak kunjung berkata ‘iya’ untuk membelikan mobil mainan yang dia inginkan. ‘’ pokoknya Sholeh mau mainan seperti punya Bara Bu... yang pakai remote itu... belikan ya Bu.....’’ ‘’Ibu sedang tidak ada uang Nak, kita belinya kapan-kapan tidak apa-apa kan?’’             Tubuh kurus dan lelah Ibu coba meraih tubuh Sholeh, Ia mendekap anak semata wayangnya itu dan menggendongnya. Meskipun Sholeh sudah kelas 3 SD, tapi Ia sangat suka digendong oleh Ibunya.Bahkan setiap kali makan Ia selalu ingin disuapi Ibunya.                                                                                                                                  

mahasiswa buta aksara

            Tentunya semua sudah mengerti tentang apa yang disebut mahasiswa dan apa itu buta aksara. Ya, mahasiswa adalah mereka yang belajar di universitas dan pada umumnya berusia sekurang-kurangnya adalah 17 tahun. Dan buta aksara adalah julukan bagi mereka yang tidak bisa membaca. Lalu apa itu mahasiswa buta aksara? Mungkinkah ada mahasiswayang tidak bisa baca tulis? Atau julukan ini adalah untuk mahasiswa difabel?.             Bukan, difabel bukan berarti tidak bisa baca tulis. Malah pada kenyataannya mahasiswa difabelpun memiliki cara tersendiri dalam membaca dan menulis. Lalu, apasih mahasiswa buta aksara itu? pada dasarnya, tulisan ini dibuat berdasarkan fenomena yang terjadi di universitas saya sendiri.             Selama menjalan perkuliahan, tentu teman-teman pernah merasa perlu ke kamar kecil. Dan pernahakah ketika ke kamar kecil, teman-teman membaca tulisan ‘ALAS KAKI HARAP DILEPAS’. Sebagai manusia yang sadar hukum dan mampu membaca tentunya, saya pun melepas

naskah drama 2

Tresno Nggondol Cidro Kala itu, ayam belum terbangun dengan kokokanya. Hanya ada suara senyap yang menyelimuti dari berbagai arah. Teh Aisy           : “Abi bangun dulu Abi. Tahajud dulu” Aa Ridwan       : “Iya umi” Kemudian mereka solat tahajud bersama. Berapa rakaat sampai sekiranya cukup. Aa Ridwan       : “Mi, besok pagi Abi   mau ada acara dakwah di luar kota. Umi sudah tau kan?” Teh Aisy           : “Iya bi, nanti umi siapin segala barang kebutuhan Abi. Tenang aja bi” Pagi sudah menjelang. Aa Ridwan segera bertolak untuk pergi ke luar kota di dampingi oleh asistenya Chika. Aa Ridwan       : “Chik, bbolehkah saya sedikit bercerita?” Chika                : “Tentu boleh A’ ada apa ya?” Aa Ridwan       : “Begini Chik, saya beberapa waktu lalu saat dakwah di kota ini nanti saya bertemu dengan seorang gadis yang parasnya membuat saya tak bisa lupa. Astaghfirullah...Chik. dia begitu menggoda..” Chika                : “MasyaAllah A’ (kaget kepalang) inget istri