Hitam dan Tercemar

  ' Like living in the dream.' Kabut menyelimuti langit pukul 05.30 pagi. Benda tak padat, yang tak bisa digenggam itu menelisik anggun di antara pepohonan, membuat beberapa dahan ketutupan. Seperti di dalam lukisan, kabut itu turun dari langit, ke sela sela pohon, hingga berbaur dengan orang-orang di atas tanah. Kabut datang bersama hawa dingin yang mengungkung sekujur tubuh. Seolah es yang membekukan kulit bagian luar, mendekap kuat tapi tak menghangatkan. Meski dingin menerjang, udara pagi di pegunungan tetap menawan paru paru yang penuh kepulan asap kendaraan dan tembakau bakar. Katlya duduk di pembatas jalan, merapatkan jaket yang dikenakan. Hidungnya memerah dan berlendir, pipinya dingin tapi kenyal seperti kue mochi di dalam freezer. Ia menggosokkan telapak tangannya mencari kehangatan. Seperti naga kehilangan daya, nafasnya menyemburkan asap tanpa api. "Kenapa mbak motornya? Mogok?," seorang pria paruh baya dengan celana pendek dan celurit menghampiri Katlya.

mahasiswa buta aksara



            Tentunya semua sudah mengerti tentang apa yang disebut mahasiswa dan apa itu buta aksara. Ya, mahasiswa adalah mereka yang belajar di universitas dan pada umumnya berusia sekurang-kurangnya adalah 17 tahun. Dan buta aksara adalah julukan bagi mereka yang tidak bisa membaca. Lalu apa itu mahasiswa buta aksara? Mungkinkah ada mahasiswayang tidak bisa baca tulis? Atau julukan ini adalah untuk mahasiswa difabel?.
            Bukan, difabel bukan berarti tidak bisa baca tulis. Malah pada kenyataannya mahasiswa difabelpun memiliki cara tersendiri dalam membaca dan menulis. Lalu, apasih mahasiswa buta aksara itu? pada dasarnya, tulisan ini dibuat berdasarkan fenomena yang terjadi di universitas saya sendiri.
            Selama menjalan perkuliahan, tentu teman-teman pernah merasa perlu ke kamar kecil. Dan pernahakah ketika ke kamar kecil, teman-teman membaca tulisan ‘ALAS KAKI HARAP DILEPAS’. Sebagai manusia yang sadar hukum dan mampu membaca tentunya, saya pun melepas alas kaki sebelum masuk ke kamar kecil. Tapi, hal yang diluar dugaan adalah, bahwa banyak dari mahasiswa lainnya dan bahkan staf universitas yang tetap memakai alas kaki ke dalam kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi pun saya kembali mengamati tulisan di pintu kamar mandi. tampaknya memang tidak ada yang salah. Atau mungkin mahasiswa dan staf yang tetap memakai alas kakinya sesungguhnya tidak mengerti bahasa Indonesia.
            Fenomena yang lebih aneh lagi terjadi di toilet digedung lain. Disana tertuliskan dengan jelas, ‘alas kaki harap dipakai’. Namun, yang terjadi adalah tdak seorangpun yang mengenakan alas kaki ketika memasuki toilet di gedung itu, termasuk saya. Bedanya dengan hari kemarin adalah, saya yakin bahwa seluruh mahasiswa maupun staf yang mengenakan toilet disini mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Lalu apa yang menjadi masalah sehingga tulisan yang tertera di depan pintu toilet tidak satupunyang dipatuhi.
            Apakah mereka memegang prinsip bahwa ‘pertauran ada untuk dilanggar’? tapi apa dasarnya melanggar erturan yang tertera di toilet? padahal peraturan yang tertera di  pintu toilet, tentu semua demi kebaikan pribadi masing-masing. Kecurigaan saya pun muncul dan beranggapan, apakah mahasiswa di universitas ini mendadak buta kasara dengan tulisan di depan pintu toilet. Nampaknya, ada sebuah doktrin yang salah tertanam dalam pikiran masayarakat. Dimana hal yang biasa itu hampir seluruhnya dibenarkan. Padahal seharusnya kita membiasakan setiap hal yang benar.
            Jika hal yang demikian terus berlangsung, bukankah hanya tinggal menunggu waktu hingga moral bangsa itu benar-benar hancur atau bahkan terbolak-balik antara yang benar dan yang salah. Setelah muncul sebuah testimoni, ‘katanya pemuda harapan bangsa? Kok galau?wagu!’ apakah juga akan muncul sebuah julukan ‘mahasiswa buat aksara?’ . Kemana arah bangsa ini akan dibawa jika antara yang benar dan yang basa tidak bisa diseleksi dengan benar oleh pribadi masing-masing.
            Sudah sebagai tugas kita dan tentunya wujud rasa syukur kita dengan membuka mata kita lebar-lebar dalam setiap kondisi dan situasi. Segala kesadaran dan pemikiran kritis mahasiswa adalah harapan dari rakyat Indonesia di seluruh nusantara. Stop tidak peduli ayo mulai beraksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGEN DISAYANG TAPI OGAH PACARAN

Corona dan Manusia

Sebuah Skenario Kematian