Tentunya semua sudah mengerti
tentang apa yang disebut mahasiswa dan apa itu buta aksara. Ya, mahasiswa
adalah mereka yang belajar di universitas dan pada umumnya berusia
sekurang-kurangnya adalah 17 tahun. Dan buta aksara adalah julukan bagi mereka
yang tidak bisa membaca. Lalu apa itu mahasiswa buta aksara? Mungkinkah ada
mahasiswayang tidak bisa baca tulis? Atau julukan ini adalah untuk mahasiswa
difabel?.
Bukan, difabel bukan berarti tidak
bisa baca tulis. Malah pada kenyataannya mahasiswa difabelpun memiliki cara
tersendiri dalam membaca dan menulis. Lalu, apasih mahasiswa buta aksara itu?
pada dasarnya, tulisan ini dibuat berdasarkan fenomena yang terjadi di
universitas saya sendiri.
Selama menjalan perkuliahan, tentu
teman-teman pernah merasa perlu ke kamar kecil. Dan pernahakah ketika ke kamar
kecil, teman-teman membaca tulisan ‘ALAS KAKI HARAP DILEPAS’. Sebagai manusia
yang sadar hukum dan mampu membaca tentunya, saya pun melepas alas kaki sebelum
masuk ke kamar kecil. Tapi, hal yang diluar dugaan adalah, bahwa banyak dari
mahasiswa lainnya dan bahkan staf universitas yang tetap memakai alas kaki ke
dalam kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi pun saya kembali mengamati
tulisan di pintu kamar mandi. tampaknya memang tidak ada yang salah. Atau
mungkin mahasiswa dan staf yang tetap memakai alas kakinya sesungguhnya tidak
mengerti bahasa Indonesia.
Fenomena yang lebih aneh lagi
terjadi di toilet digedung lain. Disana tertuliskan dengan jelas, ‘alas kaki
harap dipakai’. Namun, yang terjadi adalah tdak seorangpun yang mengenakan alas
kaki ketika memasuki toilet di gedung itu, termasuk saya. Bedanya dengan hari
kemarin adalah, saya yakin bahwa seluruh mahasiswa maupun staf yang mengenakan
toilet disini mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Lalu apa yang
menjadi masalah sehingga tulisan yang tertera di depan pintu toilet tidak
satupunyang dipatuhi.
Apakah mereka memegang prinsip bahwa
‘pertauran ada untuk dilanggar’? tapi apa dasarnya melanggar erturan yang
tertera di toilet? padahal peraturan yang tertera di pintu toilet, tentu semua demi kebaikan
pribadi masing-masing. Kecurigaan saya pun muncul dan beranggapan, apakah
mahasiswa di universitas ini mendadak buta kasara dengan tulisan di depan pintu
toilet. Nampaknya, ada sebuah doktrin yang salah tertanam dalam pikiran
masayarakat. Dimana hal yang biasa itu hampir seluruhnya dibenarkan. Padahal
seharusnya kita membiasakan setiap hal yang benar.
Jika hal yang demikian terus
berlangsung, bukankah hanya tinggal menunggu waktu hingga moral bangsa itu
benar-benar hancur atau bahkan terbolak-balik antara yang benar dan yang salah.
Setelah muncul sebuah testimoni, ‘katanya
pemuda harapan bangsa? Kok galau?wagu!’ apakah juga akan muncul sebuah
julukan ‘mahasiswa buat aksara?’ .
Kemana arah bangsa ini akan dibawa jika antara yang benar dan yang basa tidak
bisa diseleksi dengan benar oleh pribadi masing-masing.
Sudah sebagai tugas kita dan
tentunya wujud rasa syukur kita dengan membuka mata kita lebar-lebar dalam
setiap kondisi dan situasi. Segala kesadaran dan pemikiran kritis mahasiswa
adalah harapan dari rakyat Indonesia di seluruh nusantara. Stop tidak peduli
ayo mulai beraksi.
Komentar
Posting Komentar