Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Hitam dan Tercemar

  ' Like living in the dream.' Kabut menyelimuti langit pukul 05.30 pagi. Benda tak padat, yang tak bisa digenggam itu menelisik anggun di antara pepohonan, membuat beberapa dahan ketutupan. Seperti di dalam lukisan, kabut itu turun dari langit, ke sela sela pohon, hingga berbaur dengan orang-orang di atas tanah. Kabut datang bersama hawa dingin yang mengungkung sekujur tubuh. Seolah es yang membekukan kulit bagian luar, mendekap kuat tapi tak menghangatkan. Meski dingin menerjang, udara pagi di pegunungan tetap menawan paru paru yang penuh kepulan asap kendaraan dan tembakau bakar. Katlya duduk di pembatas jalan, merapatkan jaket yang dikenakan. Hidungnya memerah dan berlendir, pipinya dingin tapi kenyal seperti kue mochi di dalam freezer. Ia menggosokkan telapak tangannya mencari kehangatan. Seperti naga kehilangan daya, nafasnya menyemburkan asap tanpa api. "Kenapa mbak motornya? Mogok?," seorang pria paruh baya dengan celana pendek dan celurit menghampiri Katlya.

Si Kopi Susu

Cecilia Pranotowati, gadis keturunan chines pecinta senja yang setiap sore duduk di beranda rumah menyecap matcha latte buatan sendiri. Pikirannya sering merantau ke dunia lain, menilik aneka ragam kehidupan yang tidak dia temui di dunia nyata. Terkadang lamunannya bubar ditengahi suara abang tukang ketoprak yang sibuk menjajakan kecambah dan kerupuk di dalam gerobak. Dilain hari lamunannya mengalir sampai tiba ayahnya kembali dari mencari nafkah. Lalu mereka masuk bersama ke dalam rumah, berbincang sedikit tentang pasar modal sebelum akhirnya lenyap menuju aktifitas bersih-bersih sore. Cecilia hanyalah gadis sederhana, hidup dengan imajinasi di sela-sela kegiatannya sebagai penulis lepas di dunia maya. Setiap hari adalah hari libur dan hari bekerja untuknya, bisa saja dia bersantai di pagi hari lalu bekerja keras dari sore hingga malam. Hari ini Cecilia mengenakan kaos biru bergambar pipa rokok kesukaannya. Duduk menghadap ke jendela sebuah Cafe di salah satu pusat perbelanjaan. Mat

#kupu-kupu di perut ku

Aku ingin merebahkan kepala ku di pundak mu. Sekaligus menyandarkan hati ku ke jiwa mu. Bintang gemintang berbisik kepada bulan. Katanya, aku terlalu mencintai sosok mu. Apapun itu aku hanya ingin menyemai setiap lembar langit malam bersama mu. Aku ingin mengantongi setiap impian bersama mu. Melangkah dalam jurang duka dan jembatan cita sambil menggenggam telapak tangan kasar mu. Aku rasa ilmuwan tak lagi butuh penelitian untuk membuktikan keberadaan manusia listrik. Nyatanya, setiap insan yang jatuh cinta selalu mengalami sengatan di sekujur tubuhnya. Hatinya yang berjingkat senang kelonjakan sengatan listrik ke seluruh tubuh. Mengalirkan darah segar warna merah muda dengan rasa manis legit. Kamu tahu?, Saat kamu melangkah ke arah ku, saat senyum mu tertuju pada ku, saat suara mu menggelitik telinga ku. Ada jutaan kupu-kupu yang lama tidur tiba-tiba bangun dan menguar dalam perutku. Menggelitik setiap rongga kosong yang tiba-tiba menjadi penuh oleh paras mu. Hatiku kalah tel

~Sebab aku tidak berbohong tentang cinta ku~

Hujan mengingatkan ku pada kota Bogor. Rintik airnya mengingatkan ku pada kerinduan. Dan aromanya, mengingatkan ku pada deru suara motor mu yang membelah jalanan. Lalu semua kenangan tentang mu berputar layaknya layar sinema tengah malam, tanpa jeda iklan. Ingatkah kamu pada hari terakhir kita bertemu di bawah rintik hujan. Tubuh mu basah kuyup oleh hujan dan wajah ku basah kuyup oleh air mata. Bahkan saat matahari bersinar yang ku ingat bukan terang, tapi kisah kita yang berakhir di pinggir jalan. Aku tidak takut sakit karena kehujanan. Aku hanya takut kamu tak kembali bahkan ketika hujan sudah pergi. Sampai hari ini saat gerombolan air datang menyemai bumi, aku masih mencium aroma mu pada hari itu. Aroma parfum mu yang tak pernah hilang di terpa hujan. Aroma tubuh mu yang menguar dan begitu akrab dalam ingatan. Bahkan kepulan asap knalpot motor tua yang kau bawa hari itu masih menguar di ingatan ku. Apakah kau mendengar Isak ku pada hari itu?. Isak yang kalah oleh suara petir

Keluarga jowo Kabeh

Gambar
Ini kisah tentang sepuluh orang asing yang dipaksa untuk bersama dalam jenjang waktu yang cukup lama. Bersama di bawah naungan sebuah instansi pendidikan. Bersatu atas dasar kewajiban demi pertaruhan pada selembar kertas berjudul IJAZAH. Pagi yang terik dengan sinar matahari yang memeras keringat meluncur dari berbagai penjuru tubuh. Ratusan mahasiswa berkumpul pada satu titik yang di tentukan. Bersiap menjalankan pekerjaan sukarela yang dijalankan secara terpaksa. Dua orang anak manusia duduk saling berpunggungan. Keduanya sibuk dengan percakapan bersama kawan masing-masing. Sambil berbalas pesan di ponsel pribadi, saling mencari anggota kelompok yang lain. Satu di antara dua berdiri dari duduk, bahkan berdiri di atas kursi. Matanya menelanjangi setiap sisi, mencari wanita berkacamata bulat yang sedari kemarin berbalas pesan dengannya. Mereka didaftar sebagai satu kelompok dengan delapan anggota lainnya. Bukan pertemuan dengan wanita berkacamata bulat yang di dapat. Wanita