Hitam dan Tercemar

  ' Like living in the dream.' Kabut menyelimuti langit pukul 05.30 pagi. Benda tak padat, yang tak bisa digenggam itu menelisik anggun di antara pepohonan, membuat beberapa dahan ketutupan. Seperti di dalam lukisan, kabut itu turun dari langit, ke sela sela pohon, hingga berbaur dengan orang-orang di atas tanah. Kabut datang bersama hawa dingin yang mengungkung sekujur tubuh. Seolah es yang membekukan kulit bagian luar, mendekap kuat tapi tak menghangatkan. Meski dingin menerjang, udara pagi di pegunungan tetap menawan paru paru yang penuh kepulan asap kendaraan dan tembakau bakar. Katlya duduk di pembatas jalan, merapatkan jaket yang dikenakan. Hidungnya memerah dan berlendir, pipinya dingin tapi kenyal seperti kue mochi di dalam freezer. Ia menggosokkan telapak tangannya mencari kehangatan. Seperti naga kehilangan daya, nafasnya menyemburkan asap tanpa api. "Kenapa mbak motornya? Mogok?," seorang pria paruh baya dengan celana pendek dan celurit menghampiri Katlya.

Keluarga jowo Kabeh



Ini kisah tentang sepuluh orang asing yang dipaksa untuk bersama dalam jenjang waktu yang cukup lama. Bersama di bawah naungan sebuah instansi pendidikan. Bersatu atas dasar kewajiban demi pertaruhan pada selembar kertas berjudul IJAZAH.

Pagi yang terik dengan sinar matahari yang memeras keringat meluncur dari berbagai penjuru tubuh. Ratusan mahasiswa berkumpul pada satu titik yang di tentukan. Bersiap menjalankan pekerjaan sukarela yang dijalankan secara terpaksa.

Dua orang anak manusia duduk saling berpunggungan. Keduanya sibuk dengan percakapan bersama kawan masing-masing. Sambil berbalas pesan di ponsel pribadi, saling mencari anggota kelompok yang lain.

Satu di antara dua berdiri dari duduk, bahkan berdiri di atas kursi. Matanya menelanjangi setiap sisi, mencari wanita berkacamata bulat yang sedari kemarin berbalas pesan dengannya. Mereka didaftar sebagai satu kelompok dengan delapan anggota lainnya.

Bukan pertemuan dengan wanita berkacamata bulat yang di dapat. Wanita yang berdiri di atas kursi itu justru tanpa sengaja menabrakkan pantatnya ke tubuh lelaki yang memunggungi nya.

"Eh maaf mas"
"Iya mbak"

Lelaki itu tersenyum sambil mengangguk. Kemudian mereka kembali sibuk dengan pesan di ponsel masing-masing. Semenit kemudian, lelaki itu menatap wanita yang memantatinya. Lalu bertanya dengan halus,

"Chika?"
"Iya"

Wanita itu membalas dengan canggung dan kebingungan.

"Aku Zakky"

Beberapa memori mengenai nama Zakky berputar di kepala Chika sebelum sesaat kemudian dia tersenyum menahan malu. Rupanya laki-laki yang terkena pantatnya adalah anggota satu kelompok yang saling mencari via pesan di ponsel.

Mereka saling tersenyum agak canggung, terutama karena insiden pantat yang salah mendarat. Basa-basi mengobrol, bertanya tentang anggota kelompok lainnya. Hingga akhirnya kekikukan mereka berakhir dengan mulai datangnya satu persatu anggota lainnya. Ada delapan dari sepuluh yang berhasil melekat dan berlanjut melaksanakan tugas sukarela bersama.

Diakhir kegiatan kedatangan anggota kesembilan mulai terdeteksi. Seorang lelaki dengan wajah sangar yang duduk di tepi selokan sambil mengepulkan asap rokok. Menciptakan polusi udara di tengah ruang terbuka hijau yang penuh dengan orang. Jaket jeans ala tahun 90 an nya menambah kesan sangar dan menyebalkan yang terpancar dari dirinya.

Bersama dengan delapan anggota lainnya yang berbalur keringat dan debu, lelaki sangar itu turut duduk bersila. Menggerombol dengan delapan orang manusia yang namanya terdaftar satu kelompok dengannya. Mereka mulai berkenalan membicarakan hal remeh temeh sambil bersenda gurau. Mengakrabkan diri. Sebab untuk dua bulan kedepan mereka harus tinggal satu atap sebagai satu anggota tubuh yang berjalan searah dan selaras.

Ada banyak frasa yang tersampaikan, mulai dari 'namaku' hingga pada satu kalimat serius 'mau survey kapan?'. Dari ribuan kata yang terlibat dalam percakapan renyah itu, satu kesimpulan kecil yang dapat di ambil. Mereka akan melakukan perjalanan panjang esok hari. Menyusuri jalanan kota yang panas dan penuh polusi menuju jalanan desa yang teduh namun penuh dengan pasir. Mengunjungi tempat mereka menetap untuk dua bulan kedepan. Mencari tahu mental seperti apa yang harus mereka persiapkan untuk kenyataan hidup dua bulan nanti.

Siang bergulir menuju malam, menghadirkan bulan yang kemudian digantikan oleh matahari. Ini berarti adalah hari setelah kemarin. Delapan orang asing yang mulai saling mengenal dan meraba menunggangi mesin bermotor mereka. Berarak-arakan menuju sebuah desa di provinsi sebelah. Tempat yang bahkan namanya pun baru mereka dengar sepanjang hidup. Sementara anggota kesembilan dan kesepuluh beralasan untuk absen mereka di hari itu.

Anggota kesepuluh, hadir dalam pertemuan kesekian. Rambutnya yang cukup panjang untuk seorang lelaki memberikan kesan tersendiri bagi anggota lain. Namun, ada hal yang unik di balik rambut panjangnya. Suaranya yang lembut dan cara bicaranya yang perlahan. Like a man with manners.

Jika saja mampu di tuliskan bagaimana hari hari akan di jalani selama dua bulan. Di bawah atap yang sama, di atas ranjang yang sama, di dalam satu nampan yang sama. Bersama dengan sepuluh orang asing yang bahkan zodiaknya saja tidak saling di ketahui. Jadi mari kita singkap saja kisah kasih keluarga selama dua bulan ini melalui masing-masing nama dari sepuluh anggota.

Zakky si kepala suku
Suatu hari pada puluhan pesan yang silih berganti masuk ke dalam ponsel, dia, Achmad Zakky Mubarrok di tunjuk menjadi ketua suku. Menjadi kepala dari sepuluh orang asing yang mencoba menjadi satu tubuh dalam dua bulan. Jika di lihat fisiknya, mungkin orang-orang akan langsung memahami kenapa ia dipilih sebagai kepala. Namun, di balik wajahnya yang tak sesuai usia ada berbagai macam talenta yang melekat di tubuhnya. Dari kerongkongannya keluar suara yang merdu. Pada jemari dan telapak tangannya, muncul pukulan syahdu pada masing-masing alat rebana. Lalu apalagi bakatnya? Membuat para wanita termakan akan rayuannya? Ya bisa jadi. Wanita memang mudah terlena pada buaya yang pandai merangkai kata.

Selama dua bulan menjadi ketua suku, Zakky tak pernah kehilangan sifat kekanak-kanakannya. Satu hari dia sangat malas bahkan untuk beranjak dari kasur. Satu hari lainnya dia sangat bersemangat menantang terik matahari menjadi kuli. Moody. Mungkin itu sisi feminim seorang zakky, ya moody. Ahh ada satu lagi sisi feminim seorang zakky yang bisa juga menambah daftar talentanya. Instruktur senam. Tulang berbalut lemak yang tebal itu tampak sangat pas ketika bergerak-gerak goyang atau senam.

Ada satu kejadian yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh ketua suku. Satu hari dimana dia membuat suasana posko layaknya neraka, dan semua penduduknya berubah menjadi psikopat. Duduk di kursi tengah sia mendapat umpatan dan cecaran dari beberapa pihak. Pasal punya alih, dia meninggalkan posko dan para penghuninya yang sibuk untuk bertemu pujaan hatinya. Namun, jika kita lihat kalender kemarin mungkin hari itu akan selalu menjadi hari terkonyol bagi hidup Zakky dan para anteknya.

Arifah si Mbuls
Manusia satu ini salah satu kandidat the most sering sakit di posko. Terutama di bagian kepalanya. Hal ini membuat saya curiga, mungkin dia adalah inspirasi lagu 'Pusing pala barbie'. Perlu banyak bakpao untuk mendeskripsikan seorang Arifah Rohmaida Zulfa sekretaris posko yang bertubuh empuk.

Beberapa fakta unik tentang si gembul nan cantik rupawan elok menawan ini adalah : she is auto jajan person when ada bunyi kang somay kang okle okle kang bakpao kang apapun di depan posko. Terkadang kebiasaannya membuat orang lain ngeri bagaimana kalau dia auto bilang 'beliii' padahal yang lewat kang jual kursi. Apa yang mau dibeli? Dia gak bisa nyemilin kursi.

Salah satu hari yang berkesan untuk Mbuls adalah saat dia pingsan di pangkuan kepala suku. No. Ini bukan adegan drama Korea karena sampai hari ini kepala suku masih mengeluhkan berat badan Mbuls hari itu. Sakitnya hari itu menimbulkan hectic dan pannick attack bagi penduduk posko lainnya. So, gotong royong kita membawanya ke klinik terdekat dan yeah we got nothing. Meniru prinsip cabe-cabean kita bawa dia ke RSUD setempat berharap dia mendapatkan perawatan yang lebih menjanjikan. Dering perut kosong nyaring berbunyi menemani perjuangan Arifah melawan rasa sakitnya. Tapi kami tidak akan meninggalkannya seorang diri untuk sepiring nasi goreng hangat dengan taburan bawang goreng yang lezat. Bergilir menemani di samping ranjang, mengajaknya bercanda, menguatkannya dan yah meyakinkannya bahwa dia perlu memikirkan biaya rs saat kelak sudah sembuh ups. Cerita itu berakhir dengan Arifah berasa di ranjang Dosen Pembimbing Lapangan kami, ah tidak mereka tidak seranjang, Arifah menginap di rumah beliau bukan di ranjang beliau ups again. Untuk beberapa hari kami titipkan dia disana semoga lekas sembuh permanen mbuls. We love you, maybe.

Rivai si gerondong
Tidak kalian tidak salah baca, aku memang menulis gerondong bukan berondong. Bahkan sebenarnya dia adalah 'Senpai' a.k.a senior kami, dia hanya mengulang kuliah di jurusan lain. Sayangnya, saya tidak akan membahas ceritanya banting jurusan. Bahkan dia mungkin tak akan mau menceritakannya.

Dia adalah anggota kesepuluh yang paling terakhir bergabung dengan kawanan. Secara fisik mungkin terlihat sangat cocok menjadi pemain preman pensiun. Dari rambut gondrongnya yang sering terurai, dia mendapat julukan 'mas gerondong' dari anak-anak kecil. Rivai adalah wujud nyata dari pepatah 'jangan melihat buku dari sampulnya'. Sampul Rivai mungkin beringas tapi halaman dalam dirinya layaknya sofa rumah baru 'empuk'.

Pada kenyataannya dia yang paling mengerti mengenai imaji yang ada di balik kepala penulis konyol ini. Dia bisa saja menjadi idaman dengan kepekaan dan sikap gentlenya. One fine Day versi Rivai, saat dia mengulang bait bait pujian yang sama hingga membuat pendengarnya keheranan. Kapan kapan dateng acara habib syech an ya vai, biar bisa pujian, masa mau pujian pakai lagunya bandaneira ehh.

Fitri si Bu guru Casino
Rumah Fitri di Bantul, dia lahir dan besar di sana, sepertinya. Sebab dari parasnya menawan layaknya Putri keraton. Apalagi jika kau lihat senyumnya mustahil jika tidak jatuh cinta. Fitri memiliki kepribadian yang halus, bahkan caranya membalik lembar bukupun sehalus kulit bayi.

Bukan, bukan karena raja judi dia disebut Bu guru casino. Tapi pada suatu hari Fitri melakukan typo verbal. Niat hati menyebut merk jaket mahal ketua suku, namun terpleset sehingga yang tersebut malah Casino. Kepribadiannya yang halus membuat dia beberapa kali menangis, hanya karena hal sepele. Misalnya ditinggal berangkat PKK. Oh come on Fitri kalau di tinggal PKK saja kamu nangis bagaimana jika ditinggal nikah ups. Namun seperti kamu wanita pertama yang siap melaju ke pelaminan, dia ibu able. Sayangnya, hari-hari terakhir KKN dia banyak kesurupan arwah goyang Karawang. Sangat sensitif bahkan tanpa di sentuh dia sudah meledak-ledak. Naas tidak bisa diceritakan alasannya meledak-ledak sebab ada hati yang di jaga.

Lefi si cowok PMS
Pre menstruation syndrom, lazimnya terjadi pada perempuan tiga hari sebelum dan tiga hari sesudah siklus bulanan. Lalu, kenapa cowok satu ini disebut PMS. Adalah alkisah pada suatu hari sebuah drama Opera singgah di posko kami. Pokok masalah yang terjadi adalah tragedi pembuangan kucing yang lahir dan besar sedikit di posko.

Dua bersaudara kakak beradik kucing yang hidup sebatang kara setelah kematian ibunya banyak menimbulkan teriakan di posko. Dema kesehatan tekinga bersama, kami memutuskan untuk melepaskannya ke alam. Lefi dan si gerondong bertugas untuk menjadi algojo pelepasan.  Ternyata, melepaskan kucing tak semudah membuang angin, Rivai penuh dengan teori sibuk mencari tempat yang tepat sementara Lefi yang keukeuh dengan pengalamannya. Perdebatan panjang mereka berujung pada amarah Lefi yang masih terluapkan sekembalinya mereka ke posko.

Hari itu adalah hari yang bersejarah, untuk pertama kalinya kami mendengar amarah Lefi. Seperti menangis, marah juga baik untuk kesehatan mental. Terkadang semua itu memang harus di luapkan kita hanya perlu memilih bagaimana cara meluapkannya. Mungkin baik untuk kita namun belum tentu baik di mata orang.

Chusna si cuek
Gadis berkacamata berperawakan tinggi berisi dengan mata tajam, ialah Chusna. Tidak tahu pasti bagaimana ejaan namanya, tapi begitulah dia dipanggil. Chusna. Kalian tahu semen Holcim? Atau tiga roda? Sekaku itulah kepribadian Chusna. Jungkir balik dengan kepribadian Fitri. Tapi dia tak seburuk itu, gak percaya? Kenalan aja.

Satu hari yang akan di ingat tentang Chusna adalah hari dimana karena amarahnya kita jalan jalan. Bagaimana bisa? Sebab pikiran terlalu kalut berada di posko. Hari-hari terasa menyebalkan apalagi memandang teman seposko rasanya memuakkan. Hahahaha tidak hanya bercanda. Pastinya kami semua merasa bosan dan mungkin terlebih Chusna. Wisata dan refreshing selalu menjadi wacana.

Wacana demi wacana membuat Chusna mengurung diri di kamar. Diam seribu bahasa tanpa kata tanpa tanda baca. Rasa bersalah menjalari bulu kuduk penduduk posko. Kemudian kepala suku memutuskan bahwa kita hari itu juga jalan jalan. Persetan dengan mandi yang penting kami keluar. Jadilah hari itu hari Chusna marah tapi kita jalan jalan.

Ridwan si produsen kentut
Masih ingat dengan anggota kesembilan bermata sangar?. Ya, itulah yang bernama Ridwan. Di awal pertemuan dia menciptakan polusi dengan asap rokoknya yang tak berhenti berhembus. Hidup dalam satu atap dia mengotori udara dengan kentut nya yang selalu terdengar dari ujung ke ujung.

Dengan wajah sangarnya siapa sangka dia sangat pandai berbaur dengan warga terutama pada anak anak kecil berjenis kelamin perempuan. Tidak percaya?. Cobalah kalian tanya pada anak anak itu, siapa anggota kelompok yang paling tampan. 'ustadz Ridwan'. Suatu hari jika ada kelompok KKN yang datang ke dusun itu lagi, aku mengusulkan mereka untuk membuat program pemeriksaan mata gratis. Kita harus menjaga generasi muda dari buta ketampanan.

Ada satu anak yang tergila-gila pada Ridwan, demi masa depan anak tersebut mari kiat sebut saja dia dengan inisial H. Hari ke hari selalu ada saja cerita imajinasi tentang pernikahan Ridwan dan H. Tidak jarang ceritanya membuat perut keram karena tertawa terpingkal-pingkal. Di lain sisi miris juga dengan imajinasi anak kelas 2 sd yang sangat jauh dari usianya. Teruntuk Ridwan tolong selamatkan generasi muda jangan sampai Semar mesem mu kesasar pada mereka (lagi).

Pinkan si ratu es
Pandangan pertama kepada seorang Pinkan, alih alih menyadari dia sebagai ratu es kalian mungkin akan jatuh hati. Senjata mautnya adalah senyum manis yang berjajar seri dengan milik Fitri. Pendiam seperti Lefi dan halus seperti Fitri.

Namun caranya bersikap akan bergantung pada bagaimana kalian memperlakukan dirinya. Satu hari mungkin kami salah bersikap. Senyum manisnya hilang, matanya berubah tajam dan tiba-tiba suhu disekitar berubah dingin. Hati kami membeku dan menciut. Sial ini melebihi AC ruang rektorat. Jika kalian mengalami kondisi tersebut, jangan mendekat padanya tanpa membawa makanan. Sejatinya wanita paling mudah ditaklukan dengan makanan. Kepada para lelaki adalah salah jika memberi bunga, lebih baik beli makanan 99,99% kemungkinan kecil untuk di tolak. Buktinya, mereka akan tetap makan meskipun mengeluhkan berat badan.

Dwi si Bu nyai
Kalau Korea punya pewaris tahta, pewaris saham atau pewaris kekayaan. Dwi adalah salah satu bagian dari pewaris pondok pesantren. Ilmu agamanya sudah yang paling tinggi diantara anak anak lainnya. Jika dia menyangkal berarti ilmu kita yang sangat rendah sehingga seseorang sepertinya mengatakan ilmunya sangat sedikit.

Sama seperti arifah dia juga pernah membuat repot satu posko saat sakit. Sampai-sampai kami tunggang langgang membawanya ke klinik. Tapi berkat dia kami jadi tau dimana letak klinik terdekat jika sewaktu-waktu ada anggota yang sakit. Selain jago membimbing ibu ibu belajar mengaji Dwi juga jago masak. Selalu jadi andalan untuk urusan rumah tangga.

Dari sepuluh anggota hanya Chika yang tidak akan terjabarkan dengan baik dalam naskah ini. Sebab sulit sekali menggambarkan bocah pecicilan satu ini. Suaranya tak kalah nyaring dari TOA Mushola. Amarahnya sama seperti ayam bertelur membuat gempar penduduk posko. Teruntuk kalian yang kuat bertahan hidup dalam satu atap bersama anak gajah yang tak tahu aturan ini. Jutaan kata maaf terlontarkan dan puluhan ribu terimakasih tersampaikan.

Jangan pernah menyesal memiliki anak gajah dalam anggota kelompok kalian. Barangkali suatu hari anak ini bisa berguna untuk kalian dalam hal apapun. Andai saja ada pesan dan kesan atau kalian mampu mendeskripsikan ada kolom komentar yang sudah lama berdebu menghamba pengunjung untuk meninggalkan kenangan.


Naskah ini adalah sebagian terkecil dari ucapan terimakasih dan rasa syukur menjadi bagian dari keluarga jowo. Selamat menikmati....
Jujur sulit menyelesaikan naskah ini tanpa pergulatan emosi yang dalam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGEN DISAYANG TAPI OGAH PACARAN

Corona dan Manusia

Sebuah Skenario Kematian