Hitam dan Tercemar

  ' Like living in the dream.' Kabut menyelimuti langit pukul 05.30 pagi. Benda tak padat, yang tak bisa digenggam itu menelisik anggun di antara pepohonan, membuat beberapa dahan ketutupan. Seperti di dalam lukisan, kabut itu turun dari langit, ke sela sela pohon, hingga berbaur dengan orang-orang di atas tanah. Kabut datang bersama hawa dingin yang mengungkung sekujur tubuh. Seolah es yang membekukan kulit bagian luar, mendekap kuat tapi tak menghangatkan. Meski dingin menerjang, udara pagi di pegunungan tetap menawan paru paru yang penuh kepulan asap kendaraan dan tembakau bakar. Katlya duduk di pembatas jalan, merapatkan jaket yang dikenakan. Hidungnya memerah dan berlendir, pipinya dingin tapi kenyal seperti kue mochi di dalam freezer. Ia menggosokkan telapak tangannya mencari kehangatan. Seperti naga kehilangan daya, nafasnya menyemburkan asap tanpa api. "Kenapa mbak motornya? Mogok?," seorang pria paruh baya dengan celana pendek dan celurit menghampiri Katlya.

Pion Birokrasi Kampus



TULISAN INI SEMATA-MATA DI TULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENULISAN FEATURE. ADAPUN SUMBER TULISAN INI BELUM BERDASAR DENGAN DATA YANG VALID. MAKA BISA DISIMPULKAN BAHWA SEBAGIAN BESAR DATA YANG TERCANTUM ADALAH OPINI DAN KABAR BURUNG SAJA. UNTUK ITU MOHON KEBIJAKAN PEMBACA UNTUK TIDAK MENJADIKAN TULISAN INI SEBAGAI SUMBER REFERENSI UTAMA. SILAHKAN MENCAR SUMBER DAN DATA LAINNYA UNTUK MELENGKAPI OPINI DARI TULISAN INI. TERIMAKASIH
Demokrasi, adalah sebuah janji tentang sistem pemerintahan yang lebih baik, tentang bagaimana masyarakat dijanjikan menjadi raja dan pelayan. Seorang raja yang memberikan kehidupan, mendistribusikannya dan menikmatinya. Rakyat yang kecil di tangan penguasa, sudah sejak kecil di ajarkan sebuah sistem dimana katanya, rakyat menjadi raja yang mengatur pemerintahan tanahnya. Lalu bagaimana pendidikan demokrasi itu berlangsung di panggung sandiwara?.
Indonesia adalah sebuah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi, terhitung sejak tahun 1950, Demokrasi Liberal sudah hadir di tanah Indonesia. Berubah menjadi Demokrasi Terpimpin di tahun 1959 dan sejak tahun 1966 hingga kini Indonesia dilingkupi sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila. Pendidikan demokrasi mulai dibangun sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP), Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), babak awal sistem pemerintahan demokrasi dalam ranah pendidikan putra-putri Indonesia. Berlanjut hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), OSIS masih bertahan sebagai ‘pion’ demokrasi. Beralih di kelas universitas, sebuah pendidikan demokrasi yang lebih rumit telah menyambut putra-putri Indonesia.
Berbicara mengenai Pion Birokrasi di tingkat Universitas, tentu ada lebih banyak organisasi, lebih banyak pihak yang terlibat dan ada berbagai macam bentuknya. Sebagai sebuah lembaga resmi yang memiliki Surat Keputusan (SK) di Universitas. Ada beberapa lembaga birokrasi yang menjadi wadah dan perwakilan mahasiswa. Di UIN Suka misalnya, terdapat lembaga birokrasi yang terdiri dari Senat Mahasiswa, Dewan Mahasiswa, dan yang menjadi pion birokrasi, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS). Sebagai ‘pion’ birokrasi kampus, HMPS sudah selayaknya bersentuhan dan bersinggungan langsung dengan mahasiswa. Yah, idealnya begitu, tapi tak banyak kenyataan yang ideal. Just like this....
Apa itu Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) ?
“Pengurus KPI dalam bagian Birokrasi, Akademik, Kemahasiswaan juga sih.”
-Gandul (nama samaran), anggota HMPS KPI Divisi Keilmuan tahun 2017
“HMPS KPI itu sekumpulan mahasiswa program studi yang tujuannya itu untuk mewadahi mahasiswa KPI dalam hal apapun itu.”
-Paisal Padang, Ketua HMPS KPI tahun 2018
“Aku gak kenal HMPS KPI.”
-Lalang Buana, Mahasiswa KPI tahun 2015
“Hehehe gak tahu.”
-Idofi dan Gula Aren (nama samaran) Mahasiswa KPI 2015
“Sebelum masuk HMPS aku gak tahu. Setelah masuk HMPS oya ternyata HMPS ni kaya gini, wadah anak KPI.”
-Nurhidayati, Anggota HMPS KPI Divisi Networking 2018
Pagi hari, Gandul duduk di bangku putih menghadap ke lorong bangunan bercat putih, bercerita pada kotak kecil yang merekam suaranya. Sesekali mendengar pertanyaan kemudian menjawab secara panjang lebar kembali pada kotak kecil yang teronggok di atas kursi, diantara dua orang yang duduk bertatapan. Sambil meletakkan tangannya di pangkuan, Gandul mulai melanjutkan cerita. HMPS KPI sempat vakum selama dua tahun, bahkan di masa vakumnya, ia masih menyandang gelar Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Tahun 2015, merupakan awal dimana akhirnya HMJ bangkit dengan nama baru HMPS, bagaimana dan apa alasan perubahan namanya, Gandul tidak tahu. Bahkan, kapan, bagaimana, dan dimana lembaga pendidikan demokrasi tingkat universitas ini didirikan Gandul juga tidak tahu. Tidak ada hari jadi yang bisa diperingati setiap tahun.
“Aku gak tahu, serius. Kurang tahu aku, gak ada sosialisasi. Pas aku interview buat pendaftaran kemarin juga kan aku tanya mereka rata-rata gak tahu tentang HMPS tahun kemarin.”
Jawab Paisal mengenai sejarah dan latar belakang HMPS KPI di tahun-tahun sebelumnya. Paisal kemudian justru bercerita mengenai kisah bagaimana ia terpilih menjadi calon ketua HMPS KPI di pemilwa. Sebagai anggota salah satu organisasi extra (X) , Paisal dikumpulkan bersama dengan anggota organisasi lain angkatan 2015. Kemudian mereka ditawarkan jabatan sebagai ketua HMPS KPI tahun 2018. “kayanya sih dipertimbangkan IP nya juga.” Imbuh Paisal menjelaskan mengenai tawaran yang datang kepadanya. Berpengalaman menduduki jabatan ketua di organisasi Pondok Pesantren, Paisal kemudian mulai bertanya pendapat teman-temannya mengenai jabatan yang ditawarkan padanya. Mendapat dukungan, Paisal akhirnya mengiyakan jabatan tersebut, dikarenakan posisi dirinya sedang berada di Jakarta akhirnya berkas-berkas untuk melamar disiapkan oleh pihak organisasi (X). Dalam benak Paisal dia tidak menyangka hanya dirinya yang maju ke kursi pemilihan. Tawaran jabatan Paisal sendiri sudah diterima jauh-jauh hari sebelum deadline pengumpulan berkas dan pengurusan berkas dilakukan dengan bantuan organisasi (X) sehingga tidak banyak yang Paisal tahu.
“Sebenernya kami dari organisasi extra (Y) ada yang berminat untuk mencalonkan diri. Hanya pengumuman pendaftaran ketua HMPS KPI datang di h-2 sebelum penutupan. Padahal ada beberapa berkas yang harus diurus ke rektorat. Mengurus berkas ke rektorat kan butuh waktu yang tidak singkat.”
Gandul menerangkan mengenai pemilwa tahun 2018 dimana banyak orang yang mengatakan sebagai ‘penunjukan bukan pemilihan’. Hal lain yang dikatakan Gandul adalah sebuah kabar burung yang santer beredar dikalangan anggota organisasi extra (X, Y ,Z). Tuturnya, kalau dulu rektor UIN Suka berlatar belakang organisasi (Y) sehingga mungkin jajaran dekanat dan pejabat birokrasi yang berpengaruh diisi oleh orang-orang dengan latar belakang organisasi (Y). Maka, jika saat ini rektor UIN Suka berlatar belakang organisasi (X), tidak mengherankan jika orang yang duduk di kursi penguasa adalah orang dengan latar belakang organisasi (X). Termasuk dengan kursi HMPS KPI, tidak menutup kemungkinan dikuasai oleh orang-orang dari organisasi (X). Bahkan, kabar lain mengatakan organisasi (X) akan mendapatkan kursi kekuasaan selama tidak melakukan demonstrasi ke pihak rektorat. Memang budaya atau entah pola pikir masyarakat UIN Suka, kursi-kursi birokrasi memang selalu menjadi rebutan para anggota organisasi extra, sementara masyarakat lainnya antara acuh tak acuh. Begitulah pendapat Gandul mengenai kursi-kursi kekuasaan dan hubungannya dengan organisasi extra di UIN Suka.
“Kenapa Gandul tidak mencalonkan diri sebagai ketua HMPS KPI.”
“Meski saya mencalonkan diri, saya tidak akan menang.”
Jawaban Gandul cukup mengejutkan, menurut penuturan Gandul, pencalonan ini tidak sekedar dengan mendaftar. Bahkan pada periode Pemilwa sebelumnya, menurut pengamatan Gandul, ada perbedaan suara yang signifikan. Suara yang diperoleh di dalam bilik suara dengan suara yang diumumkan memiliki perbedaan yang signifikan. Kursi ketua HMPS KPI bukan lagi tentang pilihan rakyat, melainkan kepada pilihan penguasa. Siapa yang berada di pihak siapa. Gandul juga mengatakan, meski ia berhasil mendapatkan dukungan suara. Ia akan mengalami tekanan batin sebab tidak mendapatkan dukungan dari pihak lainnya. “Sema demanya dari organisasi (X) saya dari organisasi (Y).” Pemilihan tahun 2018 juga disayangkan karena hanya melibatkan satu calon saja. Kemudian pengumuman hari pemilihan yang mendadak padahal kondisi hari tersebut tengah turun hujan. Sosialisasi mengenai pemilihan online juga baru di broadcast sore hari. Beberapa keganjilan dirasakan Gandul dalam setiap periode pemilihan wakil mahasiswa. HMPS KPI adalah wadah bagi organisasi (X) untuk mendapatkan uang dari rektorat. Mereka bebas melakukan kegiatan apapun, selama tidak mendemo rektorat. Organisasi (X) mampu membeli sebuah gedung sebagai basecamp mereka, sebab uang mereka banyak, meski Gandul kurang yakin darimana lembaran uang tersebut berasal. Setidaknya Gandul mengetahui bahwa dana 30 juta rupiah digelontorkan oleh pihak kampus untuk mendanai OPAK Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jabatan-jabatan penting dalam kepanitian di isi oleh orang-orang dari organisai (X). Karenanya, panitia dari organisasi lain tidak tahu secara transparan perputaran uang 30 juta rupiah yang diberikan oleh universitas.
Masih berlanjut kisah yang diutarakan Gandul, ia memulai lembar cerita program kerja HMPS KPI tahun 2017. Dengan masa jabatan satu tahun dan molor beberapa bulan hingga akhirnya pengurus baru dilantik. Ada beberapa program kerja yang Gandul lihat terlaksana, seperti Seminar dan diskusi, lomba debat, quisioner untuk dosen, bantuan pendidikan bidikmisi, dan pemanfaatan akun Facebook HMPS KPI saat penerimaan mahasiswa baru sebagai sumber informasi pelaksanaan kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK). Meski begitu, Gandul mengatakan ada beberapa cita-cita besar yang ingin dilaksanakan oleh pengurus HMPS KPI 2017. Yaitu mengadakan makrab jurusan KPI angkata 2015, pagelaran Forum Komunikasi dan Penyiaran Islam Nasional (Forkomnas), dan juga forum Fakultas Dakwah dan Komunikasi tingkat nasional.
Selanjutnya, Gandul memberikan pesan kepada pengurus HMPS KPI tahun 2018 agar lebih testruktur, transparan dan lebih merangkul mahasiswa KPI pada umumnya, tidak pilih kasih terhadap satu golongan, dan jangan terlalu sering mengadakan rapat di malam hari. Menurut Gandul mengadakan rapat dimalam hari menjadi tidak adil, karena ada beberapa anggota HMPS yang tidak terbiasa keluar malam. Permasalahan ini terjadi pada masa kepengurusannya, karena tidak dapat hadir pada rapat di malam hari baik Gandul maupun beberapak rekan HMPS lainnya menjadi tidak mendapatkan informasi apapun. Sehingga tidak jarang informasi-informasi penting hanya diketahui oleh pihak tertentu saja. Selain kendala rapat dimalam hari, sepengalaman Gandul, HMPS KPI tahun 2017 hanya berkumpul saat akan diadakannya acara saja,diluar itu jarang adanya rapat rutin anggota HMPS KPI. Kemudian kesan yang hadir dalam diri seorang Gandul ketika bergabung di HMPS KPI tergambarkan dalam dua kata, senang dan menyesal. Senang karena mengetahui kondisi birokrasi di kampus tempatnya mencari ilmu. Menyesal karena sebenarnya ia ingin memperbaiki segala hal yang dianggapnya kurang di HMPS KPI. Sayang, entah waktu atau tangan penguasalah yang menghentikan cita-cita perbaikannya.
Seolah memiliki benang merah dengan harapan Gandul agar HMPS KPI tidak hanya dimiliki oleh satu golongan. Paisal mengatakan bahwa kini ia merasakan pandangan orang lain terhadapnya berubah. Bahkan sangat disayangkan bahwa persahabatan yang sudah dibangun lama, runtuh hanya karena perbedaan organisasi. Mengaku sebagai anggota organisasi (X) yang tidak terlalu aktif, Paisal tidak terlalu banyak tahu apa yang terjadi di balik layar sebuah organisasi extra. Dia hanya berharap agar kehadirannya mampu memberikan perubahan. Berulang kali dia mengatakan bahwa HMPS KPI baru mulai bangkit, meskipun nyatanya lembaga pendidikan demokrasi ini sudah mulai beroperasi kembali sejak tahun 2015. Mengacuhkan pandangan miring orang lain terhadap dirinya, Paisal meyakini dirinya punya cara yang berbeda dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah.
Cita-cita besar Paisal untuk pengurus HMPS KPI tahun 2018 adalah membentuk rasa kekeluargaan pada mahasiswa KPI. Sebelumnya, Paisal sempat menerima masukan mengenai keadaan mahasiswa KPI yang terbagi dalam dua konsentrasi Jurnalistik dan Broadcasting. Rupanya tidak hanya perbedaan organisasi, perbedaan konsentrasi mampu menimbulkan kesenjangan dalam hubungan mahasiswa KPI. Seperti absennya mahasiswa KPI konsentrasi Broadcasting dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa KPI konsentrasi Jurnalistik. Selama beberapa bulan menjabat sebagai ketua HMPS KPI, Paisal medapatkan kesan ‘kenapa harus saya?’. Meski terlihat tegar dibalik tatapan berbeda dari banyak teman lamanya, Paisal mempertanyakan takdir dirinya yang terpilih sebagai ketua HMPS KPI tahun 2018. Takdir yang dijalaninya kini entah ditulis kan Tuhan atau di konstruksi tangan penguasa. Paisal sendiri mengaku mendapat pesan agar berhati-hati sehingga dirinya tidak menjadi boneka penguasa. Terakhir, Paisal berpesan kepada seluruh anggota HMPS KPI tahun 2018 agar bisa lebih memahami orang lain. Mengalahlah, meskipun kita benar, terkadang kita hanya perlu mendengarkan oranglain lebih sering. Dengan memahami orang lain kita bisa meminimalisir konflik yang tercipta.
“Buat apa aku peduli, kalau mereka saja tidak peduli pada saya.”
Lalang, seorang mahasiswa KPI tahun 2015 duduk di atas bangku putih menopang lengannya di atas lutut. Dalam dirinya ada keinginan untuk turut berperan serta dalam sepak terjang HMPS KPI. Sayangnya, apa yang ia rasakan adalah ‘Demokrasi kalah dengan dominasi’. Katanya kampus ini menerapkan asas demokrasi, mahasiswa berhak bersuara, berhak atas setiap jabatan dan kesempatan. Namun, apa yang tersaji didepan matanya kini adalah kenyataan bahwa kursi kursi penguasa, kursi-kursi wakil mahasiswa diduduki oleh salah satu golongan saja. Kenyataan ini sangat disayangkan oleh Lalang, sebab menurutnya ada banyak orang yang sebenarnya ingin peduli namun merasa kepeduliannya hanyalah percuma.
Hidup adalah pilihan, takdir mana yang ingin kau jalani, dan dalam setiap pilihan ada resiko yang harus dibayar. Pada jenjang SMP dan SMA, kita belajar demokrasi dalam pemilihan ketua OSIS. Tidak ada latar belakang organisasi, semua dipilih berdasarkan kredibilitas calon ketua OSIS. Sayangnya semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, pendidikan demokrasi yang sudah sejak kecil dibangun ternodai dengan keserakahan manusia. Keinginan duduk di kursi penguasa tidak jarang menjadikan manusia menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Universitas sebagai sarang pendidikan idealis ternyata justru menjadi tempat pencucian uang. Generasi muda yang seharusnya berjuang memerdekakan bangsa dari segala macam penjajahan justru mulai menerima sogokan-sogokan penyumpal kebenaran. Jika mahasiswa sebagai suara rakyat telah dibungkam mulutnya dengan harta, lalu bagaimana nasib rakyat kecil di luar sana?. Harus dengan apa mereka menyumpal mulut mereka? Ketika biaya hidup mulai mencekik hingga ujung nafas.
Kepada mahasiswa yang telah silau matanya dengan harta, ingatlah bahwa disekelilingmu ada tangan-tangan menengadah mengharap belas kasih idelaisme mahasiswa. Gelar pendidikan mu itu tidak akan berguna kecuali jika bisa untuk membeli sepotong roti untuk tetangga mu yang menahan renta, untuk masyarakat desa mu yang tak mendapat terang cahaya.

Komentar

  1. Keadilan dan kepemimpinan itu harus di rawat dengan akal sehat, sayangnya saat ini sudah banyak akal yang tercemar, ternodai hanya karena nafsu kekuasaan. Teriak layaknya seorang yang paling pancasilais, tapi berkedok dan bernaung dalam mulia nya sebuah kekuasaan dan kepemimpinan, layaknya isis.

    Yang lebih menyedihkan adalah akal yang semacam itu bukan hanya di temukan dalam ruang pemerintahan, namun sudah menjalar kepada kepemimpinan sebuah organisasi yang lebih kecil.

    Lalu kapan kah "satria piningit kecil" atau "imam mahdi kecil" untuk membuat "organisasi kecil" itu lebih baik, hadir?

    Saya mendoakan semoga akal kita semua sehat dan yang sudah tercemar, dapat kembali sehat di mulai saat ini sampai tahun tahun yang akan datang. Aammiinn..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kejahatan, ketidak adilan akan terjadi jika orang yang benar hanya diam tidak peduli.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGEN DISAYANG TAPI OGAH PACARAN

Corona dan Manusia

Sebuah Skenario Kematian